Teori Kepribadian Carl G. Jung
Carl Gustav Jung merupakan salah satu tokoh psikologi aliran freudian. Namun kemudian Jung memiliki beberapa pandangan berbeda dengan Sigmund Freud. Pertama, Jung menolak pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Kedua, Jung menentang pandangan mekanistik manusia terhadap dunia dari Freud, Jung menganggap bahwa perilaku manusia tidak hanya dipicu oleh masa lalu, tetapi juga dipengaruhi oleh pandangan orang lain tentang masa depan. Ketiga, Jung mengungkapkan bahwa kepribadian manusia bersifat racial atau pshylogenic,
Carl
Gustav Jung berpendapat bahwa kepribadian atau psyche adalah mencakup keseluruhan
pikiran, perasaan dan tingkah laku. Kepribadian membimbing orang untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.
STRUKTUR KEPRIBADIAN
a. Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri
dari persepsi-persepsi, ingatan-ingatan, pikiran-pikiran sadar. Ego melahoirkan
perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dan berada pada kesadaran.
b. Ketidaksadaran pribadi
Berdekatan dengan ego, yang terdiri
dari pengalaman-pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan,
disupresikan, dilupakan atau diabaikan karena terlalu lemah untuk menciptakan
kesan. Dalam ketidaksadaran pribadi terdapat kompleks-kompleks yang merupakan
kelompok pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan.
c. Ketidaksadaran kolektif
Merupakan gudang bekas-bekas ingatan
laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa lampau tidak
hanya meliputi sejarah ras manusia namun juga leluhur pramanusiawi atau nenek
moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif hamper sepenuhnya terleps dari
segala segi pribadi individu. Semua manusia memiliki keidaksadaran kolektif
yang hampir sama. Jung menghubungkan sifat universal ketidaksadaran kolektif
itu dengan stuktur otak pada semua ras manusia dan disebabkan oleh evolusi
umum.
Ketidaksadaran kolektif merupakan
pondasi ras yang diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Di atasnya
dibangun aku, ketidaksadaran pribadi, dan semua hal lain yang diperoleh
individu. Apa yang dipelajari seseorang sebagai hasil dar pengalaman
secara substansial dipengeruhi oleh ketidaksadaran kolektif yang melakukan
peran mengarahkan atau menyeleksi tingkah laku sejak awal kehidupan.
Ketidaksadaran memiliki
kemungkinan-kemungkinan yang dipisahkan dari alam sadar, karena dengan
dipisahkan itu ia mendapatkan semua materi yang bersifat subliminial yaitu
semua hal yang sudah dilupakan, maupun kearifan dan pengalaman selama berabad
yang tak terhitung jumlahnya tertanam dalam organ-organ arkhetipenya.
Apabila kebijaksanaan dari
ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego, maka akan mengganggu proses rasional
sadar dengan menguasainya dan membelokkannya ke dalam bentuk yang menyimpang.
Simtom-simtom, fobia, delusion, irasionalitas lain berasal dari proses-proses
ketidaksadaran yang diabaikan itu.
d. Arkhetipe
Arkhetipe adalah suatu bentuk
pikiran (ide) universal yang mengandung unsure emosi yang besar. Bentuk pikiran
ini menciptakan gambaran atau visi yang dalam kehidupan normal berkaitan dengan
aspek tertentu dari situasi. Asal usul arkhetipe merupakan suatu deposit
permanent dalam jiwa dari suatu pengalaman yang secara konstan terulang selama
banyak generasi. Misalnya banyak generasi yang telah melihat matahari terbit
setiap hari. Pengalaman berulang yang mengesankan ini akhirnya tertanam dalam
ketidaksadara kolektif dalam suatu bentuk arkhetipe dewa matahari, badan
angkasa yang kuat, berkuasa dan pemberi cahaya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak harus
berpisah satu sama lain dalam ketidaksadaran kolektif. Mereka saling melengkapi
dan berfusi. Arkhetipe pahlawan danarkhetipe laki-laki tua yang bijaksana bisa
berpadu menghasilkan “kesatria” seseorang yang dihormati dan disegani karena ia
seorang pemimpinberjiwa pahlawan sekaligus arif bijaksana.
Mitos, mimpi,
penglihatan-penglihatan, upacara agama, simtom neurotic dan psikotik serta
karya senimerupakan sumber pengetahuan paling baik tentang arkhetipe.
Diasumsikan terdapat banyak arkhetipe dalam ketidaksadaran kolektif. Beberapa
diantaranya yang sudah berhasil diidentifikasikan adalah arkhetipe
kelahiran,kelahiran kembali, kematian, kekuasaan ,sihir, kesatuan, pahlawan,
anak, Tuhan, setan, laki-laki tua yang bijaksana, ibu pertiwi, binatang.
e. Persona
Persona adalah topeng yang dipakai
pribadi sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi
masyarakat, serta tuntutan tentang arketipenya sendiri. Ia merupakan peranan
yag dibrikan masyarakat kepada seseorang yang diharapkan dimainkan dalam
hidupnya. Tujuannya adalah unutk menciptakan kesan tertentu pada orang lain dan
seringkali ia melupakan hakikat kepribadian sesungguhnya. Apabila ego
mengidentifikasikan diri dengan persona, maka individu menjadi lebih sadar akan
bagian yang dimainkannya daripada perasaanya sesungguhnya. Ia menjasi terasing
dari dirinya, dan seluruh kepribadiannya menjadi rata atau berdimensidua. Ia
menjadi manusia tiruan belaka, sekedar pantulan masyarakat, bukan seorang
manusia otonom.
f. Anima dan Animus
Jung mengaitkan sisi feminis
kepribadian pria dan sisi maskulin kepribadian wanita dengan
arkhetipe-arkhetipe. Arkhetipe feminine pada pria disebut anima, arkhetipe
maskulin pada wanita disebut animus. Erkhetipe ini ditentukan oleh
kelenjar-kelenjar seks dan kromosom namun juga ditentukan pengalaman dimana
pria dan wanita hidup berdampingan selama berabad lamanya.
Arkhetipe-arkhetipe tidak hanya
menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan cirri-ciri lawan jenisnya tetapi
mereka juga dapat tertarik pada lawan jenisnya. Pria memahami kodrat wanita
berdasarkan animanya, wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya.
g. Bayang-bayang
Bayang-bayang mencerminkan sisi
binatang pada kodrat manusia. Arkhetipe bayang-bayang mengakibatkan munculnya
perasaan, tindakan yang tidak menyenangakan dan patutu dicela masyrakat dalam
kehidupan dan tingkah laku. Selanjutnya semua ini bisa disembunyikan dari
pandangan public oleh persona atau direpresikan kedalam ketidaksadaran pribadi.
h. Diri (self)
Arkhetipe ini mengungkapkan diri
sebagai lambang, dan lambang utamanya adalah mandala atau lingkaran magis.
Diri adalah tujuan hidup, suatu
tujuanyang terus menerus diperjuangkan orang tetapi yang jarang tercapai. Ia
memotivasikan tingkah laku manusia dn mencarikebulatan, khususnya melalui
cara-cara yang disediakan oleh agama. Pengalaman religius sejati merupakan
bentuk pengalaman yang paling dekat dengan ke diri (self-hood) yang mampu
dicapai oleh kebanyakan manusia. Jung menemuka diri dalam penelitian-penelitian
dan observasinya tentang agama Timur, dimana perjuangan kearah kesatuan dan
persatuan dunia melalui praktik ritual keagamaan seperti Yoga yang jauh lebih
maju daripada agama di kalangan Barat.
i. Sikap
Jung membedakan dua sikap atau orientasi utama
kepribadian, yakni sikap ekstraversi dan sikap introversi. Ekstraversi adalah kecenderungan yang
mengarahkan kepribadian lebih banyak keluar daripada ke dalam diri sendiri.
Seorang ekstrover memiliki sifat social, lebih banyak berbuat daripada merenung
dan berpikir. Ia juga adalah orang yang penuh motif-motif yang dikoordinasi
oleh kejadian-kejadian eksternal. Sedangkan introversi adalah adalah suatu
orientasi kedalam diri sendiri. Secara singkat seorang introvert adalah orang
yang cenderung menarik diri dari kontak social. Minat dan perhatiannya lebih terfokus
pada pikiran dn pengalamannya sendiri. Seorang introvert cenderung merasa mampu
dalam upaya mencukupi dirinya sendiri, sebaliknya orang ekstrover membutuhkan
orang lain.Referensi:
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press

Tidak ada komentar: